Menjelang Ramadhan 1444 Hijriah, masyarakat muslim khususnya di dunia, tidak terkecuali umat muslim di Indonesia, akan segera melaksanakan ibadah puasa Ramadhan.
Puasa Ramadhan merupakan satu dari lima rukun dalam ajaran Islam, di mana setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan mukallaf, diwajibkan berpuasa selama sebulan penuh sebagai perintah dari Sang Khalik.
Kapan harus memulai Puasa Ramadhan? Setidaknya terdapat dua cara dengan metode berbeda menentukan awal bulan Ramadhan. Termasuk metode yang lumrah digunakan di mayoritas masyarakat Indonesia.
Cara menentukan 1 Ramadhan, pada umumnya dilakukan dengan dua metode berbeda. Meliputi metode rukyatul hilal atau menetapkan bulan Ramadhan berdasar pengamatan bulan, serta metode hisab, yakni menghitung jumlah hari dalam setiap bulan berdasar ilmu falakiyah.
Sebagian masyarakat Indonesia, dalam menentukan awal dan akhir Ramadhan juga adakalanya menggunakan metode dengan cara membaca pasang surut air laut. Sekalipun yang lumrah menggunakan dan mengutamakan metode rukyatul hilal, dan sebagian lainnya menggunakan metode hisab.
Sementara syariat Islam menetapkan dengan dua metode berbeda dalam menentukan awal awal dan akhir Ramadhan, yakni rukyatul hilal atau melihat hilal dengan mata, serta metode hisab dengan menyempurnakan bilangan bulan Sya’ban menjadi 30 hari.
Untuk diketahui, hilal merupakan fase paling awal dari kemunculan bulan atau dengan kata lain disebut sebagai garis tipis yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Sedangkan istikmal atau menyempurnakan bilangan Sya’ban menjadi 30 hari, baru dilakukan jika tanda hilal tidak tampak atau tidak terlihat.
Perbedaan penetapan awal bulan Ramadhan yang lumrah terjadi dalam komunitas muslim Indonesia, yakni karena adanya perbedaan metode yang digunakan. Nahdlatul Ulama menggunakan metode rukyatul hilal, sedangkan Muhammadiyah dengan cara hisab.
Alasan Muhammadiyah menggunakan metode hisab, karena perhitungan yang dilakukan terhadap peredaran bulan dan matahari menurut hisab harus sebenar-benarnya dan setepat-tepatnya, yakni berdasarkan bulan dan matahari pada saat itu.
Salah satu pakar astronomi, Prof Thomas Djamaluddin menyatakan bahwa ketinggian hilal 3 derajat disepakati karena kekuatan cahaya bulan di bawah 3 derajat kalah dengan cahaya mega (syafaq). Kuatnya cahaya mega membuat hilal yang masih di bawah 3 derajat itu sulit untuk dapat teramati.
Jadi siapa yang berhak menentukan awal Ramadhan? Dalam sejarah Islam, pihak itu adalah ulil amri atau pemerintah. Salah satu tugas pemerintah adalah menjadi penengah dan berwenang menetapkan jatuhnya awal atau akhir Ramadhan, atau 1 Syawal alias Idul Fitri. Wallahu A’lam. [adm]
NB; Artikel diterbitkan di beritajatim.com dengan judul “Cara Menentukan Awal Ramadhan”