Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Manajemen Pendidikan Islam (MPI) IAI Al-Khairat Pamekasan menggelar Dialog Interaktif di Auditorium Kampus Jl Raya Palengaan (Palduding) Nomor 2, Rabu (24/10/2018).
Kegiatan yang mengusung tema ‘Peluang dan Tantangan MPI di Era Disrupsi dan Revolusi Industri 4.0’, diisi oleh tiga pemateri sekaligus. Meliputi Prof. Dr. Moh Husnurridlo (Ikatan Alumni Lemhannas Komisariat Provinsi Jawa Timur), Dr. Ridwan, M.Kpd (dosen IAI Al-Khairat Pamekasan) dan Drs. Mohammad Sadikun, M.Si (Dinas Pendidikan Pamekasan).
Sementara moderator kegiatan dipimpin langsung oleh Dekan Fakultas Tarbiyah IAI Al-Khairat Pamekasan, Ali Ridho, M.Si. “kegiatan ini sengaja kita gelar sebagai upaya memotivasi mahasiswa, khususnya mahasiswa prodi MPI agar memiliki ide dan gagasan untuk menghadapi tantangan dan peluang kedepan,” kata salah satu panitia pelaksana, Mohammad Solihin.
“Dari itu kami berharap kegiatan ini bisa memberikan motivasi dan inspirasi bagi mahasiswa agar tetap komitmen dengan berkreasi dan berinovasi menghadapi berbagai tantangan kedepan. Sebab hal ini merupakan tantangan sekaligus peluang yang harus kita hadapi bersama,” tegasnya.
Sementara Moh. Husnurridlo menyampaikan bahwa era disrupsi seperti saat ini menjadi tantangan sekaligus peluang besar untuk prodi MPI dalam berbagai bidang. “Guna menghadapi hal itu tentunya harus dibarengi dengan syarat kreatif, inovatif dan kompeten,” kata Moh Husnurridlo.
Pihaknya mengajak seluruh elemen, khsususnya warga kampus agar terus melakukan inovasi dan mengambangkan berbagai potensi yang dimiliki. “Dari aspek global mahasiswa harus terampil berbahasa asing, baik bahasa Arab maupun Inggris, termasuk disiplin keilmuan lainnya. Sehingga nantinya mampu bersaing,” ungkapnya.
“Dari itu, kita tidak boleh alergi terhadap kemajuan di bidang teknologi digital dengan berbagai macam aplikasinya. Jiwa santri harus muncul bersamaan dengan teknologi, terlebih teknologi ini berbasis pesantren,” imbuhnya.
Perkembangan dan revolusi industri merupakan keniscayaan, sekaligus ‘desakan’ dari luar yang berawal dari abad 18 melalui revolusi industri 1.0. “Tidak kalah penting kita harus senantiasa mengacu pada nilai-nilai etika, moral dan budaya. Maka tantangan terbesar adalah bagaimana setiap individu dapat bersaing di era digital seperti saat ini,” jelasnya.
Hal senada juga disampaikan pemateri lainnya Dr Ridwan yang menilai disrupsi sebagai keniscayaan yang memiliki ciri kecepatan dan kejutan. “Saat ini semua serba cepat dan tidak hanya bergerak linear, melainkan eksponensial,” ungkapnya.
“Berbagai pihak, mulai dari CEO, pimpinan hingga eksekutif juga terkejut karena banyaknya hal baru yang tidak mereka duga sebelumnya dan justru memberikan dampak luar biasa. Pada akhirnya disrupsi bakal menjadi dunia baru bagi banyak kalangan, termasuk dalam dunia pendidikan,” pungkasnya. [adm]
Tinggalkan Komentar